Wajah Pasar Modal 2010
Senin, 4 Januari 2010 - 08:37 wib
Setahun lalu, masih ingatkah Anda bagaimana membayangkan pasar modal Indonesia di 2009? Sebagian besar pelaku pasar, analis dan investor menatap 2009 dengan sikap was-was, penuh keraguan, bahkan ada yang pesimis dan menatap tanpa gairah.
Maklum, memasuki 2009 lalu, semua pelaku pasar baru saja menghadapi dampak psikologis yang amat dasyat akibat pasar tertekan sangat hebat oleh krisis keuangan yang menjalar seantero dunia.
Bayangan suram, bukan hanya menghinggapi pelaku pasar, tetapi pelaku ekonomi pada umumnya. Tahun 2009 dipandang sebagai tahun yang penuh ketidakpastian.
Fakta rupanya bicara lain. Bayangan suram yang ditakutkan hanya berlangsung pada tiga pertama 2009. Indikator pasar pada tiga bulan pertama sesuai dengan bayangan suram yang menggelayuti benak pelaku pasar.
Transaksi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) minim. Nilai rata-rata transaksi harian selalu di bawah Rp 2 triliun. Januari tercatat Rp 1,65 triliun, Februari Rp 1,23 triliun dan Maret sedikit bergerak naik menjadi Rp 1,85 triliun. Rata-rata saham yang berpindah tangan juga kecil, tidak lebih dari 2 miliar saham sehari. Begitupun dengan frekwensi transaksi, ada di kisaran 40.000-an per hari. IHSG pada Januari dan Februari tercatat terus terkoreksi. Pendek kata, kondisi pasar tiga bulan pertama mewakili perasaan pelaku pasar yang pesimis.
Bulan ke empat, April dan seterusnya, tanpa diduga pasar seperti mendapat suntikan energi besar, tiba-tiba bergerak kencang dan melaju cepat. Semua indikator perdagangan mengalami peningkatan yang tidak disangka-sangka.
Hingga tulisan ini dibuat, pasar masih memperlihatkan kegairahannya, meskipun sesekali agak terganggu oleh faktor-faktor di luar pasar yang mendatangkan sentiment negatif. Catatan BEI, sampai 11 Desember lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah bertengger di level 2.519,10 atau tumbuh 85,86 persen dibandingkan penutupan 2008 di titik 1.355,41.
Pertumbuhan IHSG sebesar itu sekaligus menempatkan BEI di peringkat pertama sebagai Bursa Efek yang mencatat prestasi atau return tertinggi di dunia. Posisi kedua dan ketiga ditempat bursa Shanghai (78,34 persen) dan Bursa Mumbai India (77,45 persen). Nilai rata-rata transaksi harian mencapai Rp 4,1 triliun dan volume rata-rata 6,33 Miliar lembar saham dengan frekwensi rata-rata mencapai 88.000 kali transaksi per hari.
Pendek kata, nuangsa pasar di 2009 sama sekali berbeda 180 derajat dibandingkan dengan suasana pasar 2008. Pada 2008, investor diliputi suasana ‘berkabung’, sedangkan pada 2009 perasaan investor berbunga-bunga ibarat menikmati angin surga.
2010
Bagaimana dengan 2010, Tahun Macan yang sebentar lagi datang? Tahun 2008 dan 2009 memberikan pelajaran berharga bagi investor untuk menghadapi 2010. Apakah 2010 akan diwarnai aksi profit taking besar-besaran setelah sepanjang 2009 investor menangguk untung 85,86 persen? Ataukah pencapaian selama 2009 masih akan terus berlanjut hingga 2010?
Harus diingat pada awal 2008, IHSG pernah mencapai puncaknya di level 2.830-an. Jika ini dijadikan sebagai tolok ukur puncak prestasi, maka sebenarnya pertumbuhan IHSG 2009 yang amat gemilang tadi belum mengembalikan pasar modal pada posisi puncak yang pernah dicapai. Artinya masih ada peluang untuk meneruskan pertumbuhan nilai portofolio. Apalagi faktor untuk mencapai pertumbuhan itu amat mendukung.
Dari sisi makro ekonomi, diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan mencapai kisaran 5,3 persen hingga 5,5 persen. Bahkan ada yang berani menaksir hingga 6 persen. Untuk mencapai pertumbuhan sebesar itu tentu saja dibutuhkan investasi yang juga besar. Ekonom dari Universitas Indonesia Chatib Basri dalam sebuah presentasinya mengatakan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen dibutuhkan investasi sebesar 4,5 persen APBN. Bisa dihitung berapa dana investasi yang dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan 5,3 persen. Dari mana sumbernya? Salah satu andalannya adalah sektor swasta dan pasar modal.
Maka jangan heran jika pada 2010 akan banyak Emiten baru dan akan banyak Emiten yang akan menambah modalnya melalui penerbitan saham baru atau obligasi. BEI sendiri menargetkan Emiten baru sebanyak 25 perusahaan. Jumlah perusahaan yang akan mencatat emisi saham tambahan sebanyak 35 perusahaan.
Dari sisi moneter, posisi nilai tukar Rupiah juga diramal akan semakin kuat di kisaran Rp 9.300 per dolar AS hingga Rp 9.500 per dolar AS. Tingkat suku bunga acuan diperkirakan sekitar 7 persen dan laju inflasi ditaksir berkisar 6,5 persen.
Dengan indikator makro yang lebih baik, pemodal boleh menaruh asa pada 2010. Hilangkan sikap putus asa akibat runtuhnya pasar pada 2008. Jika Anda belum merasakan nikmatnya pertumbuhan saham pada 2009, maka masih ada peluang untuk merasakannya di 2010. (Tim BEI)(//rhs)
Okezone.com
0 komentar:
Posting Komentar