Mahasiswa Kesulitan Magang
Perusahaan Perlu Tingkatkan Kepedulian
Saya membaca koran kompas tgl 19 September 2009.
Dukungan perusahaan-perusahaan besar dalam peningkatan mutu lulusan perguruan tinggi masih rendah. Hal ini terlihat dari minimnya perusahaan yang bersedia menerima mahasiswa dalam program magang atau praktik kerja untuk memberi pengalaman mahasiswa.
Baru sekitar 25 perusahaan atau industri besar sejak tahun 1997 hingga sekarang yang mendukung program cooperative academic education (co-op) yang dikembangkan.Departemen Pendidikan Nasional sebagai strategi untuk meningkatkan kualitas lulusan perguruan tinggi.
Fasli Jalal, Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Depdiknas, di Jakarta, Jumat (18/9), mengatakan, ada kendala untuk menerima mahasiswa bekerja di perusahaan karena umumnya mahasiswa tidak mempunyai keterampilan yang dibutuhkan perusahaan. Akibatnya, sumber daya perusahaan terkuras untuk pelatihan mahasiswa yang magang.
“Program co-op beda dengan magang biasa. Dalam program ini, mahasiswa bekerja sesuai kebutuhan nyata dunia kerja selama 3-6 bulan. Mahasiswa pun diseleksi perguruan tinggi dan perusahaan,” kata Fasli Jalal.
Agar program ini terus berjalan dan bisa berkembang, lanjut Fasli, penyiapan mahasiswa nantinya akan dilakukan di perguruan tinggi dengan dukungan dana dari Depdiknas. Dengan demikian, lulusan program ini punya daya saing di pasar kerja.
Melirik Usaha Menengah
Terbatasnya dukungan perusahaan menyebabkan hanya sekitar 50-70 mahasiswa yang mengikuti program ini setiap tahunnya. Oleh karena itu, agar program bisa tetap berjalan, Depdiknas mulai melirik usaha kecil menengah (UKM).
Program co-op di perusahaan UKM itu mampu meningkatkan jumlah mahasiswa yang bekerja secara nyata di perusahaan. Mahasiswa yang ikut dalam program itu dilatih terleih dahulu sebagai bagian kesepakatan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdiknas dengan Kantor Deputi Sumber Daya Manusia Kementerian Negara Urusan Koperasi dan UKM.
Hingga tahun lalu sebanyak 647 UKM terlibat. Mahasiswa yang bisa mengikuti program itu mencapai 1800 orang dari 32 perguruan tinggi.
Keterlibatan mahasiswa dalam program co-op UKM itu justru menantang mahasiswa untuk bisa mengembangkan perusahaan UKM tersebut, yang umumnya masih terbatas dari segi permodalan. Bahkan, mahasiswa diharapkan bisa belajar berwirausaha, mengembangkan kreatifitas dan memiliki daya juang tinggi atau tidak putus asa.
Rizky Wisnoentoro, Koordinator Pusat Penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi The London School of Public Relations, Jakarta, yang tengah studi soal tanggung jawab sosial perusahaan, mengatakan, kesadaran untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik kepada masyarakat, termasuk dalam bidang pendidikan seharusnya bisa tumbuh di setiap perusahaan besar dan kecil di Indonesia. “Kesadaran itu harus terus ditumbuhkan,” kata Rizky.
0 komentar:
Posting Komentar