Peta Persaingan Bank Asing dan Bank Lokal
Kehadiran bank asing untuk masuk ke Indonesia memberikan persaingan bagi perbankan nasional. Dampaknya, profit bisa tertekan karena banyak pemain besar bermain di dalamnya.
"Dalam situasi seperti ini, Bank Indonesia (BI) melihat tidak bisa melarang bank-bank itu masuk ke Indonesia. Maklum kita sudah mengeluarkan regulasi bahwa asing boleh mengakuisisi bank lokal sebesar 99 persen. Namun kedatangan mereka, sekaligus membuat profit perbankan kita tertekan, karena makin banyak pemain besar yang bermain di dalamnya," ungkap Deputi Gubernur BI Darmin Nasution di Gedung BI Jakarta,Jumat (23/10/2009).
Lanjut Darmin, BI pun tidak dapat menjilat ludah sendiri atas regulasi yang telah dikeluarkan. Karena bisa dianggap tidak konsisten terhadap regulasi tersebut. Bahkan bisa timbul masalah jika harus merubah regulasinya.
Sebelumnya, BI memperbolehkan asing memiliki maksimal 99 persen saham bank nasional. Dengan regulasi tersebut, perbankan asing terutama Malaysia begitu ekspansif dalam akuisisi bank nasional.
Paling terbaru, bank asal Malaysia RHB Capital akan mengakuisisi sekira 80 persen Bank Mestika Dharma. Setelah menuntaskan akusisi tersebut, RHB Capital akan menambah kepemilikannya hingga 90 persen.
Proses akuisisi tersebut melengkapi bank yang telah diakusisi oleh bank asal Malaysia sebelumnya. Yaitu Malayan Banking (Maybank) yang membeli PT Bank Internasional Indonesia. Serta CIMB Group Holding Berhard yang membeli PT Bank Niaga Tbk (Bank CIMB Niaga).
Bank asing seperti ANZ (Australia), Standard Chartered Bank, HSBC, Barclays yang berasal dari Inggris, Rabobank (Belanda), Texas Pacific dan Mercy Corp (Amerika), ICBC (China), State Bank of India (India), Tokyo Mitsubishi (Jepang) dan IFC (Korea Selatan) adalah beberapa bank asing dengan kepemilikan saham terbesar di beberapa perbankan Nasional.
Tidak hanya itu, ternyata ada State Bank of India (SBI) yang berniat akan mengakuisisi bank di Indonesia yang memiliki aset sekitar USD100 juta atau sedikit di bawah Rp1 triliun.
Tidak Ketinggalan juga industri perbankan syariah di tanah air akan kedatangan pesaing dari Timur Tengah. Seperti Kuwait Finance House (KFH) salah satu Islamic Bank terbesar di Kuwait. Tidak hanya KFH saja yang berminat tetapi menurut Deputi Direktur Direktorat Perbankan Syariah BI Mulya Siregar juga mengatakan ada dua investor Timur Tengah yaitu Albarkah dan Asian Finance Bank yang sangat tertarik untuk membeli bank lokal. "Mereka sudah datang ke kita dengan rencana mereka akan membeli bank lokal dan dikonversi ke syariah," ujar Mulya (www.detikfinance.com, 7 Desember 2009).
Dengan indikasi di atas persaingan industri perbankan pada tahun 2010 ini akan lebih
semarak. Dari laporan BI Juni 2008 jumlah pangsa pasar bank asing juga meningkat apabila dibandingkan pada tahun 1999. Untuk pangsa pasar aset sebesar 50% meningkat dari 11% di tahun 1999 yang dimiliki asing dari total aset perbankan nasional sekitar 45% pangsa pasar kredit dari total 20% di tahun 1999, dan 40% pangsa pasar dana pihak ketiga meningkat dari 11% di tahun 1999.
Ada beberapa hal yang membuat bank asing tersebut berminat untuk berinvestasi di Indonesia. salah satu contributing factor yang significant adalah tingginya Net Interest Margin (NIM) perbankan di Indonesia. Kalau di negara mereka bank asing tersebut hanya bisa mendapatkan NIM maksimal sebesar 2-3%. Tetapi, di Indonesia industri perbankan nasional bisa meraih NIM dengan rata-rata sebesar 6%.
Sebut saja beberapa bank plat merah terbesar di tanah air. Untuk bulan September 2009 Bank Rakyat Indonesia (BRI) sudah berhasil meraup NIM sebesar 9,1%, Bank Nasional Indonesia (BNI) 6,1%, dan Bank Mandiri (BMRI) 5,2%. Dan, beberapa bank-bank yang termasuk dalam bank 10 besar di Indonesia seperti Danamon 8,2%, Bank Central Asia (BCA) dengan NIM 6,6%, CIMB Niaga 6,6%, Citibank 6,6%, BII Maybank 5,8%, Permata 5,5%, dan Panin dengan perolehan NIM sebesar 4,7% (Laporan Keuangan Publikasi Bank dan Bank Indonesia, diolah).
Sebenarnya itu bukan kali pertama SBI mengincar perbankan nasional. Tahun 2006 lalu, SBI telah mengakuisisi 76 persen saham Bank Indomonex yang kini berganti nama menjadi Bank SBI Indonesia. Nantinya SBI akan menggabungkan bank lokal yang diakuisisinya dengan Bank SBI Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, SBI mengincar empat bank lokal sekaligus.
"Memang BI tidak bisa melarang bank asing masuk ke Indonesia termasuk dari Malaysia dan India. Maklum return dari bank-bank di Indonesia itu relatif tinggi sehingga cukup menarik bagi orang-orang asing.� Apalagi regulasi kita memang membolehkan adanya itu. Jadi kalau returnnya menarik itu akan membuat orang masuk," tambah Darmin.
(Didik Purwanto/Koran SI/ade)
Usaha Bank lokal dalam menghadapi persaingan
Adalah PermataBank yang meyakini dapat bersaing dengan bank asing. Optimistis ini karena jaringan bank lokal sudah kuat dan elektronik banking lebih solid dari bank asing.
Hal tersebut diungkapkan Senior Vice President Head WM, RL, Products dan e-Channel PermataBank Bianto Surodjo, di sela acara Permata Bintang Karakter Disney di Mal Epicentrum, Jakarta, Minggu (27/2/2011).
"Persaingan bank asing ada, saya merasa satu dua tahun terakhir bank lokal sudah mempunyai kekuatan yang sama, tidak jauh berbeda, jaringan kita sudah kuat dan elektronik banking lebih solid dari bank asing," ungkapnya.
Sementara, untuk pengembangan ATM, lanjutnya, Permata Bank akan menambah 150 ATM baru di lokasi strategis untuk tahun ini.
Lebih lanjut dia menjelaskan, saat ini pihaknya tengah melakukan penggodokan menyusul adanya standarisai ATM yang akan dicanangkan Bank Indonesia. "Kita akan ikuti (aturan BI) saja," imbuhnya.
(rhs)
Sumber :
http://economy.okezone.com/read/2009/10/23/320/268726/bank-asing-masuk-profit-bank-nasional-tertekan
http://economy.okezone.com/read/2011/02/27/277/429375/
http://suarapembaca.detik.com/read/2010/03/23/180759/1323859/471/peta-persaingan-perbankan-indonesia
0 komentar:
Posting Komentar